https://pendidikantt.blogspot.com/feeds/posts/default?max-results=3 Pembelajaran Berbasis Masalah - Dunia Pendidikan -->

Pembelajaran Berbasis Masalah

A.  Pembelajaran Berbasis Masalah

1.      Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Sumantri (2015: 43), Pembelajaran bebasis masalah adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada pradigma konstruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar siswa (student-centered learning). Definisi model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu lingkungan belajar di mana masalah mengendalikan proses belajar mengajar.
Menurut Suprihatiningrum (2013: 215), Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran, yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student centered. Di dalam pembelajaran berbasis masalah, dikenal adanya conceptual fog yang bersifat umum, mencakup kombinasi antara metode pendidikan dan filosofi kurikulum. Pada aspek filosofi, pembelajaran berbasis masalah dipusatkan pada siswa yang dihadapkan pada suatu masalah. Sementara pada subject based learning guru menyampaikan pengetahuannya kepada siswa sebelum menggunakan masalah untuk memberi ilustrasi pengetahuan tadi. Pembelajaran bebasis masalah bertujuan agar siswa mampu memperoleh dan membentuk pengetahuan secara efisien, kontekstual dan terintegrasi.

Menurut Ibrahim dan Nur (Rusman, 2010:241), pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termaksud di dalamnya belajar bagaimana belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang proses pembelajarannya diawali dengan pemberian masalah kepada siswa.
2.      Ciri-ciri khusus pembelajaran berbasis masalah
Menurut Arends (Suprihatiningrum, 2013: 220), model pembelajaran berbasis msalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.       Pengajuan pertanyaan atau masalah
Bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut.
b.      Berfokus pada keterkaitan antardisiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah dari banyak mata pelajaran.
c.       Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
d.      Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Karya nyata dan peragaan yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
e.       Kolaborasi
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri, dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

3.      Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah
Menurut Ibrahim dan Nur (Suprihatiningrum, 2013: 223), langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah, sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap
Tingkah Laku Guru                                   
Fase 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefiniskan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mendapat penjelasan dan pemecahan masalah.

Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5
Menganilisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.


          Daftar Pustaka

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Sumantri, M.S. (2015). Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi pembelajaran Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

0 Response to "Pembelajaran Berbasis Masalah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel