Pembelajaran Berbasis Masalah
A.
Pembelajaran
Berbasis Masalah
1. Pengertian
Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Sumantri
(2015: 43), Pembelajaran bebasis masalah adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan pada pradigma konstruktivisme, yang berorientasi pada proses
belajar siswa (student-centered learning).
Definisi model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu lingkungan belajar di
mana masalah mengendalikan proses belajar mengajar.
Menurut
Suprihatiningrum (2013: 215), Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model
pembelajaran, yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah,
kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student centered. Di dalam pembelajaran
berbasis masalah, dikenal adanya conceptual
fog yang bersifat umum, mencakup kombinasi antara metode pendidikan dan
filosofi kurikulum. Pada aspek filosofi, pembelajaran berbasis masalah
dipusatkan pada siswa yang dihadapkan pada suatu masalah. Sementara pada subject based learning guru menyampaikan
pengetahuannya kepada siswa sebelum menggunakan masalah untuk memberi ilustrasi
pengetahuan tadi. Pembelajaran bebasis masalah bertujuan agar siswa mampu
memperoleh dan membentuk pengetahuan secara efisien, kontekstual dan terintegrasi.
Menurut Ibrahim
dan Nur (Rusman, 2010:241), pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi
siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termaksud di
dalamnya belajar bagaimana belajar.
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
masalah adalah pembelajaran yang proses pembelajarannya diawali dengan
pemberian masalah kepada siswa.
2. Ciri-ciri
khusus pembelajaran berbasis masalah
Menurut Arends
(Suprihatiningrum, 2013: 220), model pembelajaran berbasis msalah memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a.
Pengajuan
pertanyaan atau masalah
Bukannya
mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik
tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran
disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan
secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata
autentik, menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam
solusi untuk situasi tersebut.
b.
Berfokus
pada keterkaitan antardisiplin
Meskipun
pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu
(IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih
benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah dari banyak
mata pelajaran.
c.
Penyelidikan
autentik
Pembelajaran
berdasarkan masalah mengharuskan siswa untuk melakukan penyelidikan autentik
untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
d.
Menghasilkan
produk dan memamerkannya
Pembelajaran
berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam
bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili
bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Karya nyata dan peragaan yang
akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstasikan kepada
teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu
alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
e.
Kolaborasi
Pembelajaran
berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang
lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks
dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri, dialog dan untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
3. Langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah
Menurut Ibrahim
dan Nur (Suprihatiningrum, 2013: 223), langkah-langkah pembelajaran berbasis
masalah, sebagai berikut:
Tabel
2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran
Berbasis Masalah
Tahap
|
Tingkah
Laku Guru
|
Fase 1
Orientasi siswa pada masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
|
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Guru
membantu siswa untuk mendefiniskan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
|
Fase 3
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
|
Guru
mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
dan mendapat penjelasan dan pemecahan masalah.
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
|
Guru
membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
|
Fase 5
Menganilisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
|
Guru membantu
siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
|
Daftar Pustaka
Rusman.
(2010). Model-Model Pembelajaran,
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Sumantri,
M.S. (2015). Strategi Pembelajaran.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Suprihatiningrum,
J. (2013). Strategi pembelajaran Teori
& Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
0 Response to "Pembelajaran Berbasis Masalah"
Posting Komentar