https://pendidikantt.blogspot.com/feeds/posts/default?max-results=3 Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah - Dunia Pendidikan -->

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah

1.      Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah
Menurut Ibrahim dan Nur (Suprihatiningrum, 2013: 223), langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah, sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap
Tingkah Laku Guru                                   
Fase 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefiniskan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mendapat penjelasan dan pemecahan masalah.

Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5
Menganilisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Ibrahim dan Nur (Ralibi, 2015: 27) mendeskripsikan fase-fase dalam pembelajaran berbasis masalah, sebagai berikut:
Fase 1 Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan pembelajaran berbasis masalah, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. Serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yangakan dilakukan.
Fase 2 Mengorientasikan Peserta Didik untuk Belajar
Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran berbasis masalah juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan pesera didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutuor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorintasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaikan terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3 Membantu Penyelidikan Individual dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari pembelajaran berbasis masalah. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, behipotesis, dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membagun ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan juga guru seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berfikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampaikan semua ide-ide dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Fase 4 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan hasil karya. Hasil karya lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecangihan hasil karya sangat dipengaruhi tingkat berfikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pemeran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5 Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam pembelajaran berbasis masalah. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
2.      Kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis masalah
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Sumantri (2015: 46) kelebihan model pembelajaran berbasis masalah, sebagai berikut:
a)      Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan
b)      Berfikir dan bertindak kreatif
c)      Siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d)     Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyelidikan
e)      Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan
f)       Merangsang bagi perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan tepat
g)      Dapat membuat pendidikan lebih relevan dengan kehidupan
Sedangkan kekurangan model pembelajaran berbasis masalah (Sumantri, 2015: 47), sebagai berikut:
a)      Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini.
b)      Membutuhkan alokasi waktu yang lebih panjang

c)      Pembelajaran hanya berdasarkan masalah

Daftar Pustaka
Ralibi, S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Logika Matematika Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa. Skripsi IKIP-PGRI Pontianak: Tidak diterbitkan
Sumantri, M.S. (2015). Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi pembelajaran Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

0 Response to "Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel