Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah
1. Langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah
Menurut Ibrahim
dan Nur (Suprihatiningrum, 2013: 223), langkah-langkah pembelajaran berbasis
masalah, sebagai berikut:
Tabel
2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran
Berbasis Masalah
Tahap
|
Tingkah
Laku Guru
|
Fase 1
Orientasi siswa pada masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
|
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Guru
membantu siswa untuk mendefiniskan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
|
Fase 3
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
|
Guru
mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
dan mendapat penjelasan dan pemecahan masalah.
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
|
Guru
membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
|
Fase 5
Menganilisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
|
Guru membantu
siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
|
Ibrahim dan Nur
(Ralibi, 2015: 27) mendeskripsikan fase-fase dalam pembelajaran berbasis masalah,
sebagai berikut:
Fase
1 Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah
Pembelajaran dimulai
dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan
dilakukan. Dalam penggunaan pembelajaran berbasis masalah, tahapan ini sangat
penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan
oleh peserta didik dan juga oleh guru. Serta dijelaskan bagaimana guru akan
mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan
motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yangakan
dilakukan.
Fase
2 Mengorientasikan Peserta Didik untuk Belajar
Disamping
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran berbasis masalah
juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah
sangat membutuhkan kerjasama dan sharing
antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
membentuk kelompok-kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan
memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan
pesera didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini
seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota,
komunikasi yang efektif, adanya tutuor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat
penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga
kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah
peserta didik diorintasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok
belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang
spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada
tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam
sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat
menghasilkan penyelesaikan terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3 Membantu Penyelidikan
Individual dan Kelompok
Penyelidikan
adalah inti dari pembelajaran berbasis masalah. Meskipun setiap situasi
permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya
tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen,
behipotesis, dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan
eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen
sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya
adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan
membagun ide mereka sendiri.
Guru
membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari
berbagai sumber, dan juga guru seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta
didik untuk berfikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk
sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah peserta didik
mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang
mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk
hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru
mendorong peserta didik untuk menyampaikan semua ide-ide dan menerima secara
penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta
didik berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta
tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Fase
4 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
Tahap
penyelidikan diikuti dengan menciptakan hasil karya. Hasil karya lebih dari
sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan),
model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program
komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecangihan hasil karya sangat
dipengaruhi tingkat berfikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah
mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pemeran. Akan
lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik
lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau
memberikan umpan balik.
Fase
5 Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase
ini merupakan tahap akhir dalam pembelajaran berbasis masalah. Fase ini
dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses
mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka
gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
2. Kelebihan
dan kekurangan pembelajaran berbasis masalah
Setiap model
pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Sumantri (2015: 46)
kelebihan model pembelajaran berbasis masalah, sebagai berikut:
a)
Melatih
siswa untuk mendesain suatu penemuan
b)
Berfikir
dan bertindak kreatif
c)
Siswa
dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d)
Mengidentifikasi
dan mengevaluasi penyelidikan
e)
Menafsirkan
dan mengevaluasi hasil pengamatan
f)
Merangsang
bagi perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan suatu
permasalahan yang dihadapi dengan tepat
g) Dapat
membuat pendidikan lebih relevan dengan kehidupan
Sedangkan
kekurangan model pembelajaran berbasis masalah (Sumantri, 2015: 47), sebagai
berikut:
a)
Beberapa
pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini.
b)
Membutuhkan
alokasi waktu yang lebih panjang
c) Pembelajaran
hanya berdasarkan masalah
Daftar Pustaka
Ralibi,
S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah pada Materi Logika Matematika Ditinjau dari Kemampuan Awal
Siswa. Skripsi IKIP-PGRI Pontianak: Tidak diterbitkan
Sumantri,
M.S. (2015). Strategi Pembelajaran.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Suprihatiningrum,
J. (2013). Strategi pembelajaran Teori
& Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
0 Response to "Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah"
Posting Komentar