Kemampuan Komunikasi matematis
A. Kemampuan
Komunikasi matematis
Secara
umum komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh satu
pihak kepada pihak lain dengan maksud agar pesan yang disampaikan tersebut
dapat dimengerti oleh pihak yang menerima pesan. NCTM (Hendriana dan Soemarmo,
2014: 29) mengemukakan bahwa komunikasi matematis merupakan kemampuan
matematika esensial yang tercantum dalam kurikulum matematika sekolah menengah.
Komponen tujuan pembelajaran matematika tersebut antara lain dapat
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau ekspresi
matematika untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu,
perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Standar
utama dalam pembelajaran matematika yang termuat dalam Standar National Council Of Teacher Of Mathematics menurut
NCTM (Adriana, 2016: 31) yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation).
Menurut
NCTM kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika juga penting
untuk diperhatikan, karena melalui komunikasi matematis siswa dapat
mengorganisasikan dan mengembangkan kemampuan berpikir matematisnya baik secara
lisan maupun tulisan yang dapat terjadi dalam proses pembelajaran.
Menurut
Herdian (2010) komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan dari ke penerima pesan untuk
memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak
langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi harus dipikirkan bagaimana
caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang
lain. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan
dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis. Komunikasi merupakan suatu
kebutuhan dalam kehidupan. Tanpa adanya komunikasi manusia tidak dapat
berhubungan antar satu dengan yang lainnya. Komunikasi merupakan cara berbagi
ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi ide dapat dicerminkan,
diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan.
Ansari (Ersita, 2016: 13) menelaah kemampuan
komunikasi matematis dari 2 aspek yaitu komunikasi lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing). Komunikasi lisan diungkapkan melalui intensitas
keterlibatan siswa dalam kelompok kecil selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Sementara yang dimaksud dengan komunikasi tulisan (writing) adalah kemampuan dan keterampilan
siswa menggunakan kosa kata (vocabulary),
notasi dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta
memahaminya dalam memecahkan masalah.
Berdasarkan
definisi-definisi tersebut peneliti menyimpulkan kemampuan komunikasi matematis
adalah kesanggupan atau kecakapan siswa dalam menyampaikan ide/gagasan baik
secara lisan maupun tulisan dengan simbol-simbol, grafik atau diagram untuk
menjelaskan keadaan atau masalah dari informasi yang diperoleh.
Pentingnya pemilikan kemampuan komunikasi matematis
antara lain dikemukakan Baroody (Hendriana dan Soemarmo, 2014: 30) dengan
rasional:
1.
Matematika
adalah bahasa esensial yang tidak hanya sebagai alat berpikir, menemukan rumus,
menyelesaikan masalah, atau menyimpulkan saja, namun matematika juga memiliki
nilai yang tak terbatas untuk menyatakan beragam ide secara jelas, teliti dan
tepat.
2.
Matematika dan
bahan belajar matematika adalah jantungnya kegiatan sosial manusia, misalnya
dalam pembelajaran matematika interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan
siswa, antara bahan pembelajaran matematika dan siswa adalah faktor-faktor
penting dalam memajukan potensi siswa.
Adapun kemampuan yang tergolong dalam komunikasi matematis
menurut Sumarmo (Adriana, 2016 : 33), diantaranya adalah :
1. Menyatakan
suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide,
atau model matematika.
2. Menjelaskan
ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan.
3. Mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
4. Membaca
dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis.
5. Membuat
konjektur, merumuskan definisi, dan generalisasi.
6. Mengungkapkan
kembali suatu uraian atau paragraph matematika dalam bahasa sendiri.
Berdasarkan National
of Teacher of Mathematics (Adriana, 2016 : 33) terdapat 4 komponen
kemampuan komunikasi matematis yang diharapkan dapat dimiliki siswa. Keempat
komponen kemampuan komunikasi matematis yang diharapkan dapat dimiliki siswa.
Keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Mengorganisasikan
dan menggabungkan pemikiran matematika melalui komunikasi
Para siswa mendapat wawasan yang luas ketika mereka
mempresentasikan metode untuk pemecahan masalah atau ketika mereka memberikan
alasan-alasan kepada teman sebaya atau guru atas jawaban yang mereka berikan
berdasarkan permasalahan yang ada. Komunikasi juga dapat mendukung pembelajaran
siswa terhadap konsep-konsep baru dalam matematika setelah mempraktikkannya,
menggambar, menggunakan objek-objek, memberi syarat verbal dan penjelasan,
menggunakan diagram-diagram, menulis, dan menggunakan simbol matematika.
Sehingga konsep yang salah dapat diperbaiki.
2.
Mengkomunikasikan
pemikiran matematis secara logis dan jelas pada teman sebaya, guru, atau
lainnya.
Untuk mendukung pembelajaran di dalam kelas secara
efektif, guru harus membangun sebuah komunitas dimana siswa dapat merasa bebas
menggunakan ide-ide mereka. Siswa-siswi tingkat rendah perlu dibantu guru untuk
menuangkan ide-ide matematika mereka satu sama lain dengan menggunakan cara
yang cukup jelas agar dapat dipahami siswa yang lain. Secara perlahan siswa
harus ambil bagian untuk berpartisipasi dalam diskusi seluruh kelas dan
merespon pendapat siswa lain secara langsung. Sehingga mereka dapat belajar
mendengarkan, menguraiakan dengan kata-kata sendiri, bartanya dan menerjamahkan
pendapat orang lain.
3.
Menganalisa dan
mengevaluasi pemikiran matematis serta berstrategis dalam pembeleajaran
matematika
Selama proses pemecahan masalah dengan siswa lain,
para siswa mendapatkan beberapa keuntungan. Sering kali seorang siswa yang
telah memiliki sebuah cara dalam memandang suatu permasalahan, dapat mengambil
pelajaran dari pandangan siswa lain yang mungkin menyuguhkan aspek yang berbeda
dari permasalahan tersebut.
4.
Menggunakan
bahasa matematika untuk mengekspresikan ide matematika secara tepat
Setelah siswa mengungkapkan pemahaman matematika
dengan jelas pada tingkat yang lebih rendah, siswa mulai dengan menggunakan
bahasa sehari-hari yang mudah dipahami. Hal ini menjadikan sebuah dasar untuk
menghubungkan pada bahasa matematika yang formal. Guru dapat membantu siswa
untuk melihat kata-kata yang biasa digunakan dalam keseharian seperti kata sama
dengan, grafik, variabel, dan yang lainnya memiliki arti yang berbeda atau
memiliki arti khusus dalam matematika. Ini merupakan suatu landasan dasar untuk
memahami konsep pendefenisian dalam matematika.
Daftar Pustaka
Hendriana,
H dan Soemarmo, U. (2014). Penilaian
Pembelajaran Matematika. Bandung: PT. Refika Aditama.
Adriana,
S. (2016). Penerapan Model Pembelejaran
Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis dalam
Materi Relasi dan Fungsi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2
Dedai. Skripsi IKIP-PGRI Pontianak: Tidak diterbitkan
Herdian. (2010). Kemampuan Komunikasi Matematika. http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/
Ersita,
L. (2016). Analisis
kemampuan komunikasi matematis melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Facilitator and Explaining dalam materi matriks (penelitian Mixed
Methods pada siswa kelas X MAN 2 Ketapang. Skripsi IKIP-PGRI Pontianak:
Tidak diterbitkan
Memahami Klasifikasi Mesin engine
BalasHapusPengendalian Kontaminasi