Contoh Angket Gaya Belajar Siswa
Menurut Sugiyono
(2011: 199) “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya”. Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Pertanyaan
dikatakan tertutup jika pertanyaan itu jawabannya sudah ditentukan lebih dahulu
sehingga responden tidak diberi kesempatan memberikan alternatif jawaban.
Angket ini
digunakan kepada siswa sebelum siswa mendapat perlakuan pembelajaran. Angket
yang digunakan oleh peneliti adalah angket yang telah diuji validitas dan
reliabilitas isinya oleh ahli, sehingga peneliti tidak menguji kevalidan dan
reliabilitas isinya. Adapun skala sikap yang digunakan oleh peneliti adalah
skala Likert. Menurut Sugiyono (2011:
134), skala Likert yaitu untuk
mengukur pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Prosedur pemberian skor pada tiap-tiap kategori angket gaya belajar
adalah sebagai berikut:
Tabel
3.9
Skor Kategori Skala Likert
Kategori
|
Pernyataan Positif
|
Pernyataan negatif
|
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
|
4
3
2
1
|
1
2
3
4
|
(Sugiyono, 2011: 135)
CONTOH ANGKET GAYA BELAJAR SISWA
SOAL
ANGKET GAYA BELAJAR
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Petunjuk
pengisian angket:
Berilah tanda cek (√) atau silang (x) pada salah satu alternatif jawaban
yang paling sesuai dengan keadaan anda untuk setiap pernyataan berikut ini!
Keterangan:
Selalu
(SL) : selalu dilakukan
Sering
(SR) : lebih banyak
dilakukan daripada tidak
Jarang
(JR) : banyak tidak
dilakukan dibanding dilakukan
Tidak
pernah (TP) : sama sekali tidak
pernah dilakukan
No
|
PERNYATAAN
|
SL
|
SR
|
JR
|
TP
|
1
|
Saya
memiliki tulisan yang rapi dan teratur sehingga saya mudah membaca buku
catatan matematika saya.
|
||||
2
|
Saya
lancar berbicara dalam menyampaikan pendapat.
|
||||
3
|
Saya
merasa kesulitan mengingat materi pelajaran yang disampaikan dengan bentuk
grafik atau tabel.
|
||||
4
|
Saya
memperhatikan ilustrasi gambar atau warna yang terdapat dalam buku teks
matematika.
|
||||
5
|
Saya
lambat memahami ketika teman atau guru matematika melontarkan lelucon atau guruauan.
|
||||
6
|
Saya
tidak memiliki jadwal belajar matematika atau mata pelajaran secara khusus di
rumah.
|
||||
7
|
Saya
tidak suka membaca buku teks matematika sendiri dari pada mendengar
penjelasan dari teman atau guru matematika.
|
||||
8
|
Saya
tidak mudah memahami materi matematika ketika guru mengajar dengan media
pembelajaran berupa model gambar.
|
||||
9
|
Saya
lupa dengan apa yang disampaikan oleh guru karena saya mempunyai catatan
lengkap.
|
||||
10
|
Saya
belajar dengan keadaan buku-buku dan alat tulis lainnya berserakan didekat
saya,
|
||||
11
|
Ketika
membaca buku teks matematika untuk waktu yang lama, mata saya mudah lelah
walaupun mata saya normal.
|
||||
12
|
Ketika
mengerjakan tugas secara berkelompok, saya tidak menguasai pembicaraan dalam
kelompok saya.
|
||||
13
|
Saya
mengisi hari libur dengan mendengarkan musik dibandingkan bermain dengan
teman.
|
||||
14
|
Saya
menjadikan suatu lagu sebagai lagu tema atau soundstrack suatu kejadian dalam hidup saya.
|
||||
15
|
Saya
tidak merasa terganggu ketika dalam memperhatikan guru mengajar ada teman
yang berbicara.
|
||||
16
|
Saya
mengambar suatu persamaan dengan ukuran skala yang benar.
|
||||
17
|
Belajar
matematika menyenangkan sekali bagi saya ketika ada kesempatan untuk
berdiskusi.
|
||||
18
|
Saya
mendengarkan penjelasan guru supaya tidak perlu membaca buku di rumah.
|
||||
19
|
Ketika
menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan, saya tidak terbiasa berbicara
dengan cepat atau lancar.
|
||||
20
|
Saya
merasa kesulitan memahami materi pelajaran yang disampaikan secara lisan oleh
guru matematika atau orang lain.
|
||||
21
|
Ketika
belajar metematika di kelas, mudah bagi saya untuk duduk diam dalam waktu
yang lama.
|
||||
22
|
Ketika
membaca buku catatan matematika, saya menggunakan jari saya untuk menunjuk
kata atau kalimat yang sedang saya baca.
|
||||
23
|
Saya
tidak berani mencoba-coba mengerjakan soal yang cara penyelesaiannya belum
pernah saya kerjakan.
|
||||
24
|
Saya
mudah mengerti pelajaran matematika dengan menulis ulang atau mengetik
catatan pelajaran saya di rumah.
|
||||
25
|
Saya
tidak menyukai pelajaran matematika melalui permainan yang menyibukkan secara
fisik di kelas.
|
||||
26
|
Ketika
mendapat lembar soal atau tugas matematika, saya langsung mengejakannya tanpa
harus melihat instruksinya terlabih dahulu.
|
||||
27
|
Saya
menghapal rumus matematika dengan duduk diam di kursi.
|
||||
28
|
Ketika
menjelaskan suatu materi dalam matematika yang ditanyakan teman, saya
terbiasa menyentuh teman tersebut untuk memperoleh perhatiannya.
|
||||
29
|
Saya
tidak peka terhadap perubahan ekspresi teman saya ketika berbicara.
|
||||
30
|
Ketika
menjelaskan sesuatu dalam kegiatan diskusi atau belajar kelompok, tangan saya
tidak bisa diam, pasti ikut menerangkan juga.
|
(Juliantika, 2015: 153)
Daftar Pustaka
Juliantika,
M. (2015). Penerapan Model Kooperatif
Tipe Student Teams Achievement Division Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis
dalam Materi Persamaan Garis Lurus Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 2 Parindu. Skripsi IKIP-PGRI Pontianak: Tidak diterbitkan.
Sugiyono.
(2011). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
mohon ijin utk saya gunakan dan terimaksih semoga Allah swt selalu memberikan kesehatan lahir batin anda
BalasHapus